Admin
22 April 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Rencana pembongkaran makam oleh kelompok Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) di Dusun Manggir, Desa Ngumbul, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, akhirnya batal dilakukan. Hal itu terjadi setelah warga setempat memberikan klarifikasi langsung soal asal-usul makam yang sebelumnya dilaporkan secara sepihak. Semula, aksi ini dipicu oleh laporan dari seorang oknum yang mengatasnamakan warga lingkungan makam. Ia menyampaikan kepada PWI-LS bahwa masyarakat menginginkan makam tersebut dibongkar dan menyebut bahwa makam itu milik seorang habib. Laporan tersebut juga disertai data yang ternyata tidak valid. Namun menurut keterangan warga setempat, makam yang berada di puncak Bukit Manggir itu merupakan bagian dari trah Mataram dan diyakini telah ada sejak sekitar 300 tahun lalu. Sayangnya, PWI-LS sempat merespons laporan tersebut tanpa melakukan klarifikasi terlebih dahulu kepada warga lingkungan makam. Sebelum menuju lokasi, PWI-LS sempat ditahan di Polsek Todanan untuk mengikuti mediasi bersama perwakilan warga dan pelapor. Namun pihak pelapor tidak hadir. Dalam forum tersebut, warga memberikan penjelasan lengkap kepada PWI-LS bahwa makam tersebut bukanlah makam habib seperti yang dilaporkan. Setelah mendengar keterangan dari warga, pihak PWI-LS akhirnya memutuskan untuk membatalkan aksi pembongkaran. Meski demikian, ketegangan sempat terjadi di lokasi makam ketika rombongan PWI-LS dari Pati yang tidak mengikuti proses mediasi tiba di puncak bukit. Mereka datang dalam kondisi belum mengetahui hasil mediasi dan sempat terpancing emosi. Salah satu anggota bahkan sempat menendang nisan makam. Ketegangan itu segera dilerai oleh aparat kepolisian dan TNI yang berjaga di lokasi. Kapolsek Todanan Iptu Joko Sulistya menyampaikan bahwa tidak ada aksi pembongkaran dan semua pihak telah sepakat menjaga situasi tetap damai. “Kita sudah sepakat tidak ada kegiatan. Hanya tengok dan cek saja, tidak ada kegiatan lain,” tegasnya. Ia juga menegaskan bahwa insiden tersebut terjadi karena miskomunikasi. “Tidak jadi karena hanya salah paham, situasi aman terkendali, tidak usah diperpanjanglebarkan,” ujarnya. Makam tersebut untuk sementara akan ditutup sambil menunggu proses penelusuran sejarah dan silsilah lebih lanjut. Warga berharap, ke depan, tidak ada lagi tindakan sepihak tanpa koordinasi dengan masyarakat lingkungan makam.