Admin
19 Maret 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Salah satu keluarga korban jatuhnya lift crane proyek pembangunan Gedung RS PKU Muhammadiyah Blora akui kesulitan membiayai hidup sehari-hari. Yakni, keluarga Sumar. Istri Sumar, Listiana mengaku bingung dan waswas terhadap keberlangsungan pendidikan kedua anaknya.
Listiana mengatakan, dua anaknya masih bersekolah. ’’Anak saya ada dua, satu mondok di pesantren Khozinatul Ulum (Blora) dan yang satu lagi ini masih kelas enam (SD) dan mau lulus. Saya bingung untuk biaya pendidikan,” terang Listiana
Karena itu, ia menghawatirkan terhadap akibat kecelakaan itu yang berimbas pada biaya pendidikan kedua anaknya. Hal itu menyusul fatalitas luka yang diderita Sumar, sehingga mengancam masa depan kedua anak yang masih menempuh pendidikan.
’’Nanti kalau suami tidak mampu kerja gimana? Pemasukan buat keluarga juga gimana?,” ucapnya. ’’Uang saku sekolah, bayar sekolah, bayar pondok (pesantren), sangking pundi (dari mana)? Kan, mboten gadah kulo (kan saya tidak punya),” tambahnya.
Hingga saat ini, ia akui belum menerima tebusan untuk beasiswa terhadap nasib pendidikan anaknya. Baik dari Muhammadiyah maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora hingga tingkat desa.
Sementara, untuk gaji atau ganti rugi yang ia terima hanya berlangsung hingga proyek tersebut selesai. ’’Setiap minggu masih dapat gaji mingguan. Setiap Minggu dapatnya Rp 520 ribu. Jadi, seharinya sekitar Rp 85 ribu,” katanya.
Ia juga mengatakan, saat ini, Sumar mengalami luka patah tulang serius. Di bagian tulang kaki, tulang belakang, hingga tulang rusuk. Dirinya bingung mencari pemasukan untuk keluarga. ’’Kemarin baru saja bayar biaya pendidikan di pondok pesantren. Bulan kemarin bayar Rp 700 ribu berapa gitu, sudah saya lunasi sendiri. Tapi, selanjutnya gimana juga belum tau,” ujarnya.
’’Saya sekarang tidak dapat bekerja, saya fokus pemulihan kesehatan suami,” tambahnya. Selain itu, Listiana mengungkapkan, beberapa uang yang ia terima dari beberapa pihak. Di antaranya dari waktu kejadian berupa uang makan Rp 1 juta, saat perawatan di Solo Rp 3 juta, dari Baznas Rp 1 juta, dan dari PKU Rp 2 Juta.
’’Kalau sesuai akad untuk tali asih untuk kecelakaan itu, tidak pernah ada. Setahu saya yang Rp 3 juta di Solo itu untuk biaya kehidupan di Solo,” katanya. Ia juga akui, Bupati belum menengok keluarganya. ’’Belum ke sini. Enggak tahu kalau korban yang lain,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Bupati Blora Arief Rohman telah melakukan kunjungan duka ke beberapa korban tragedi tersebur. Tepatnya, sepulang retret dari Magelang dan masuk pertama kerja. Bupati Arief bersama Ketua TP PKK dan Baznas mengunjungi beberapa rumah duka. Dia menyatakan prihatin atas kejadian yang menimpa keluarga korban.
Diketahui, jumlah korban tragedi putusnya lift crane proyek pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora pada Sabtu (8/2) sebanyak 13 orang. Sumar merupakan salah satu dari delapan korban yang mengalami luka-luka. Sedangkan, ada lima korban meninggal dunia.