Admin
10 Maret 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Alunan musik dangdut klasik era 70-an mulai berdendang lagi di Blora. Tanpa sentuhan koplo di dalam musiknya justru menjadi ciri khas musik dangdut orkes melayu yang sering dinikmati generasi 70 hingga 90-an.
KLASIK tetap asyik. Slogan yang tepat saat melihat grup musik dangdut Sanjaya Njadoel. Tak hanya musiknya, juga gaya berpakaiannya yang nyentrik seperti era Elvis (vintage) jadi daya tarik tersendiri.
Bahkan, masyarakat di Blora mulai merasakan keseruan untuk berdendang bersama Sanjaya Njadoel. Dalam pantauan, ketika Sanjaya tampil, personel Sanjaya kompak mengenakan pakaian retro era sebelum tahun 2000-an.
Bahkan, mereka menggunakan rambut palsu, celana lonceng atau cutbray, dengan baju khas klasik. Artis yang dibawa juga mengenakan pakaian jadul. Tak hanya para pemain, para penonton juga tak mau kalah saing.
Mereka juga menggunakan pakaian yang identik dengan era lawas. Misalnya, membuka kancing kemeja bagian atas, memakai kaca mata, termasuk bandana atau slayer yang ditaruh di saku celana belakang.
Saat pentas, Sanjaya membawakan lagu-lagu klasik lainnya. Di antaranya: Tambal Ban, Datang untuk Pergi, Hanya Untukmu, Bara Cinta, Cincin Kepalsuan, Pengadilan Cinta, Khayalan Masa Lalu, Cinta Segitiga, Madu dan Racun, Ampunilah, Bunga Dahlia, dan Masih Adakah Cinta Hingga Surat Merah.
Musik dengan tajuk njadul ini sudah mulai sering dibawakan ketika grup musik asal Blora itu ketika tampil di berbagai acara. Pimpinan Sanjaya Njadoel Siti Rochmah Yuni Astuti atau Mak e Ketut Sanjaya menjelaskan, bahwa dia terinspirasi oleh salah satu grup dangdut Orkes Melayu (OM) Lorenza yang baru-baru viral membawakan musik klasik.
’’Dengan adanya viral OM Lorenza nuansa retro membuat kami merasa bangga. Karena di tengah gempuran alunan musik berbagai genre, dapat menunjukkan bahwa lagu klasik tetap dapat dinikmati di era sekarang,” jelasnya.
Ia mengatakan, dalam pertunjukkannya, Sanjaya hanya menyajikan lagu-lagu klasik dan tidak melayani permintaan lagu zaman sekarang. ’’Saat ini, kami fokus membawakan lagu-lagu dangdut klasik era 70-an hingga 90-an, dengan ciri khas musik dangdut murni tanpa sentuhan koplo,” ucapnya.
Dia menyadari, bahwa kehadiran OM Lorenza dengan kembali mengangkat lagu nuansa klasik di tengah tren dangdut koplo, bahkan DJ dangdut. Dengan mempertahankan keaslian musik dangdut klasik ini rupanya banyak yang tertarik.
’’Hal ini ternyata mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk generasi muda yang mulai tertarik mengeksplorasi musik dangdut lawas. Dengan menarik minat lintas generasi, terbukti dengan banyaknya anak muda yang kini menggemari musik dangdut klasik yang mereka bawakan,” jelasnya.
Selain membangkitkan kembali nostalgia akan musik dangdut klasik, OM Sanjaya juga berperan dalam memperkenalkan kekayaan musik dangdut lawas kepada generasi yang lebih muda. Hal ini dirasa Mak e Ketut Sanjaya berhasil mengemas musik dangdut klasik dengan cara lebih segar dan relevan dan dapat dinikmati berbagai kelompok usia.
’Dampak positif lainnya adalah munculnya tren fashion vintage di kalangan penggemar lagu lawas. Banyak penonton yang hadir di pertunjukan mereka mengenakan pakaian bergaya retro, menciptakan suasana nostalgia yang kental,” ucap perempuan yang akrab disapa Mak Ketut Sanjaya yang juga mantan anggota DPRD Blora ini.
Fenomena musik dangdut jadul ini dirasa mampu menghidupkan kembali warisan musik masa lalu. Mak e Ketut Sanjaya berharap dangdut lawas dapat terus mewarnai tanah air. ’’Ke depannya diharapkan lebih banyak lagi musisi yang terinspirasi untuk mengangkat kekayaan musik dangdut Indonesia, sehingga genre ini dapat terus berkembang dan diapresiasi oleh berbagai lapisan masyarakat,” jelasnya.