Admin
10 Maret 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Desa Bicak, Kecamatan Todanan, Blora, kini mulai menunjukkan hasil nyata dari program inovasi Pemkab Blora, Gerakan Pengembangan Buah Lokal Nusantara (Gerbang Blora).
Desa ini diproyeksikan menjadi sentra produksi alpukat setelah sukses melakukan panen perdana pada Kamis siang (12/10).
Panen tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Blora, Arief Rohman, bersama jajaran Forkopimcam Todanan dan Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DP4).
Bupati Arief Rohman turut memetik buah alpukat varietas aligator yang berukuran besar, dengan berat mencapai 1 kilogram lebih per buah.
"Ini adalah bukti nyata bahwa program Gerbang Blora membawa dampak positif bagi masyarakat. Desa Bicak bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain di Blora," ujar Arief.
Kepala Desa Bicak, Winto, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 2.900 batang pohon alpukat di desanya, terdiri dari berbagai varietas.
"Dari total tersebut, 350 pohon sudah produktif dan menghasilkan buah seperti yang dipanen hari ini.
Ada juga 550 pohon berusia 2 tahun yang belum berbuah, serta 2.000 pohon berusia 1 tahun," jelas Winto.
Varietas alpukat yang ditanam di Desa Bicak didominasi oleh alpukat aligator (60%), disusul oleh alpukat mentega (20%) dan kendil (20%).
Setiap pohon yang sudah berproduksi mampu menghasilkan 80-100 kilogram alpukat per panen
Dengan harga jual saat ini sekitar Rp 13.000 hingga Rp 15.000 per kilogram, petani bisa mendapatkan pendapatan sekitar Rp 1 juta per pohon.
"Jika seorang petani memiliki 20 pohon, sekali panen bisa menghasilkan Rp 20 juta. Ini sangat membantu perekonomian warga," tambah Winto.
Program penanaman alpukat di Desa Bicak dimulai pada 2018 dengan memanfaatkan anggaran Dana Desa dan bantuan dari DP4 Blora.
Bibit alpukat dibagikan secara gratis kepada warga, termasuk Mbah Pardi, salah satu petani yang kini memiliki 20 pohon alpukat produktif.
"Senang sekali bisa menikmati hasilnya sekarang. Dulu dapat bibit dari penjual keliling, lalu dibantu Pak Kades dan dinas.
Sekarang, alpukat ini jadi sumber penghasilan tambahan selain bertani padi," ujar Mbah Pardi.
Meski panen perdana ini membawa angin segar, warga Desa Bicak masih menghadapi tantangan dalam hal pemasaran.
Saat ini, alpukat mereka dijual ke pasar lokal Todanan atau dibeli langsung oleh tengkulak dengan harga Rp 13.000-Rp 15.000 per kilogram.
Warga berharap harga jual bisa meningkat hingga Rp 30.000 per kilogram jika bisa menjalin kerja sama dengan distributor besar.
Bupati Arief Rohman menyatakan kesiapannya untuk membantu pemasaran. "Kami akan memfasilitasi pendampingan dan menghubungkan warga dengan distributor toko buah agar harga jual lebih menguntungkan," tegasnya.
Desa Bicak memiliki keunggulan geografis dengan tanah merah yang subur, cocok untuk budidaya tanaman buah seperti alpukat.
Karakteristik tanah ini menjadi faktor pendukung kesuksesan program Gerbang Blora di desa tersebut.
"Tanah merah di Bicak sangat ideal untuk tanaman buah. Ini adalah terobosan istimewa yang bisa menginspirasi desa-desa lain di Todanan dan Blora," kata Arief.
Dengan panen perdana ini, Desa Bicak diproyeksikan menjadi sentra alpukat di Blora.
Program ini tidak hanya meningkatkan pendapatan warga, tetapi juga membuka peluang bagi desa-desa lain untuk mengembangkan potensi lokal mereka.
"Kami berharap, keberhasilan Desa Bicak bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain.
Gerbang Blora adalah bukti bahwa inovasi dan kolaborasi bisa membawa kemajuan," pungkas Bupati Arief.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan semangat warga, masa depan Desa Bicak sebagai sentra alpukat semakin cerah.