Admin
06 Maret 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
MESKI tampak sederhana, Masjid Al Ma shum yang berada di Dukuh Pelem, Kidangan Kelurahan Jepon, Blora menyimpan catatan sejarah penting.
Lantaran menjadi saksi bisu lahirnya PCNU pertama di Indonesia.
Didirikan sekitar tahun 1910 oleh Mbah Ma’shum Syamsudin, Masjid Al Ma shum saat itu merupakan mushala yang digunakan sebagai tempat ibadah dan menyebarkan ajaran agama Islam di lingkungan sekitar.
Nama masjid sendiri juga diambil dari nama pendirinya, yaitu Ma shum bin Syamsuddin, disebut-sebut sebagai saksi bisu cabang pertama organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.
Layaknya masjid Jawa, ada empat tiyang utama dari kayu jati yang besar.
Kemudian masih ada ornamen-ornamen tempo dulu yang tetap dipertahankan, seperti kentongan, bedug, mimbar, hingga pendapa.
Ketua Takmir Masjid Al Ma shum, Rachman Chamdani menjelaskan Mbah Ma shum sebenarnya bukan asli Blora.
Melainkan seorang kiai yang lahir di Desa Tinatah, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang yang kemudian menyebarkan agama Islam di Blora.
"Dalam perkembangannya, kemudian kan NU berdiri di Surabaya pada 31 Januari 1926. Nah Cabang NU pertama di Indonesia ada di Kabupaten Blora berdiri pada 1927," imbuhnya.
Bahkan, acara peresmian NU Cabang Blora tahun 1927 secara langsung dihadiri KH Wahab Hasbullah, KH Hasyim Asy ari, dan KH Abdullah Ubaid.
Saat itu menurutnya PCNU Blora terpusat di Kidangan. Dan masjid tersebut menjadi tempat dakwah dan kegiatan organisasi.
Sayang saat itu Belanda masih bercokol. Sehingga usaha-usaha yang dilaksanakan NU Cabang Blora sering mendapat hambatan dan rintangan dari Belanda.
Bahkan, Kiai Ma’shum selaku pendiri NU Cabang Blora pernah ditahan oleh Belanda.
"Dari situ akkhirnya mulai 1930, NU Cabang Blora dipindahkan dari yang semula berkedudukan di Kidangan ke Blora Kota," katanya.
Dalam perkembangannya, Mbah Ma shum wafat pada 1947 dan dimakamkan di Kidangan, Kabupaten Blora. Perjuangan pun diteruskan sang murid.
Hingga akhirnya pada tahun 1983, musala dipugar menjadi sebuah masjid oleh murid KH Maksum yang bernama KH Cholil agar mampu menampung lebih banyak jemaah.
Meski mengalami pemugaran total, namun empat tiyang utama, bedug dan kentongan kuno masih tetap dipertahankan hingga saat ini.
Empat Makam Tokoh Islam di Area Masjid
Selain menyimpan sejarah penting, ada keunikan lain dari Masjid Al Ma shum.
Yakni terdapat empat makam di sebelah selatan area masjid. Namun hak tersebut tak lantas membuat masjid itu tampak angker.
Ketua Takmir Masjid Al Ma shum, Rachman Chamdani menyebut empat makam tersebut merupakan makam Mbah Ma shum selaku pendiri dan keluarga.
Yakni Bu Nyai Ma shum (Bu Nyai Qomariyah), Kiai Ahmad Cholil, juga beserta Ibu Siti Maemunah.
Menurutnya makam dua makam yakni Mbah Ma shum dan istri berada di dekat sungai. Tidak di area masjid.
Sementara makam Mbah Cholil berada di tempat pemakaman umum (TPU).
Namun lantaran pada 2001 terjadi bencana banjir, maka muncullah wacana memindahkan makam tersebut.
Sebab dikhawatirkan erosi dan longsor karena lokasinya yang dekat sungai.
"Sebetulnya keluarga enggak ingin makamnya dipindah," katanya.
Namun dengan pertimbangan bahwa makam bisa terkena imbas erosi dan longsor.
Akhirnya pihak keluarga berkesimpulan untuk memindahkan makam. Dan pilihlah dekat masjid, biar aman.
Menurutnya, proses pemindahan makam tokoh Kiai NU ini bersamaan dengan dipindahkannya makam Mbah Cholil (putra Mbah Ma shum). Makam Mbah Cholil dulu dipindahkan 2 kali.
Pertama dari pemakam umum ke perkampungan (peperangan) milik Mbah Ma shum tahun 1994. Kemudian yang kedua tahun 2002 bersama Mbah Ma shum dan Nyai Ma shum dipindahkan ke selatan Masjid," katanya.
Sedangkan makam Mbah Cholil yang sebelumnya berada di TPU juga dipindahkan ke kompleks masjid tersebut karena adanya pelebaran jalan.
Adapun keberadaan makam Mbah Maimunah memang berada di kompleks masjid karena meninggal pada 2022.
Menurutnya, ada hal menakjubkan pula ketika pemindahan makam. Hal yang mungkin bagi sebagian orang tidak mungkin, namun kejadian itu nyata benar-benar terjadi.
"Dipindahkannya makam Mbah Cholil (Putra Mbah Ma shum) ke-2 kalinya. Jasad, papan, maupun kain kafannya masih utuh," katanya.