Mesin PT GMM Bulog Rusak, Petani Tebu Blora Gelisah

Pihak managemen PT GMM Bulog mengumumkan dan menginformasikan, dikarenakan kondisi mesin boiler (coal boiler dan bagase boiler) mengalami kerusakan, maka mulai hari Rabu (24/09) pukul 24.00 WIB merupakan penerimaan tebu terakhir musim giling 2025. Pengumuman itu ditandatangani oleh Plt. Direktur Utama Sri Emillia Mudiyanti dan Direktur Operasional Krisna Murtiyanto. Kabar itu pun membuat petani yang tebunya belum tertebang menjadi kaget dan meradang, ibarat petir di siang hari yang cerah.  Petani yang tergabung pada Koperasi Petani Tebu Manteb, akhirnya merespon dengan beragam komentar, khusunya yang sampai saat ini tebunya belum tertebang terus solusinya bagaimana.

Atas saran yang bijak dari Ketua Pengawas Koperasi Petani Tebu Manteb Abu Nafi, selanjutnya Ketua Koperasi Manteb Bambang Sulistya, menindaklanjuti untuk melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan berbagai pihak terkait. Di antaranya berkoordinasi dengan Ketua dan Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI) Kabupaten Blora  Sunoto dan Anton Sudibdyo, serta minta penjelasan kepada Direktur Operasional Krisna Murtiyanto PT GMM Bulog.  “Disamping itu saya juga melaporkan dan mohon petunjuk solusi untuk mengatasi tebu petani yang saat ini belum tertebang kepada Bupati Blora Arief Rohman, dan Ketua DPRD Blora Mustopa,” terang Bambang Sulistya di Blora pada Kamis (25/09).

Berdasarkan penjelasan dari Direktur operasional sebelum pihak managemen PT GMM Bulog mengambil keputusan telah mengundang beberapa para petani tebu di Kabupaten Blora yang saat ini memiliki lahan tebu cukup luas, di antaranya Suhadi, Mulyono, Dwi, Marsono dan Darmadi untuk diberitahu tentang kondisi riel kerusakan boiler. Kalau diperbaiki membutuhkan waktu lebih dari satu bulan dan diperkirakan tebu petani sudah habis tertebang. Sehingga para petani yang diundang dengan berat hati bisa memahami kondisi yang ada tersebut. Walaupun sebagian besar para petani tebu yang tebunya belum tertebang masih merasa dihantui perasaan resah, kawatir dan takut kalau pabrik gula lain diluar Kabupaten Blora juga akan melakukan penutupan giling tebu. “Berkenaan hal tersebut Bupati Blora dengan sigap dan langkah cerdas mengkordinasikan dengan pihak terkait dan akan menghadirkan mitra kerja yang siap memberikan solusi untuk menampung hasil panen tebu petani yang saat ini belum tertebang di wilayah Kabupaten Blora,” jelas Bambang Sulistya

Hal yang sama juga dilakukan oleh Ketua DPRD Kabupaten Blora, Mustopa. Ia mendukung langkah yang akan diupayakan oleh Bupati, bahkan ia berujar demi para petani tebu aspirasi mereka akan diperjuangkan sampai membuahkan hasil wong cilik bisa gumuyu. Sementara Ketua APTRI Blora, Sunoto, sangat menyayangkan mengapa organisasi APTRI tidak diundang ketika rembugan di pabrik gula antara perwakilan petani dengan pihak managemen PT GMM Bulog. “Karena selama ini satu satunya organisasi yang siap memperjuangkan nasib petani tebu di Kabupaten Blora hanya APTRI,” tandasnya. Demikian pula yang disampaikan oleh Anton Sudibdyo, dirinya gumun dan kaget pabrik gula modern yang digadang-gadang bisa menjadi contoh teladan bagi pabrik gula di Indonesia bisa mengalami musibah seperti itu.  “Apakah ada yang salah dalam pengelolaannya,” ucap Anton.

Ia mengusulkan harus ada solusi yang jelas untuk mengatasi bagi tebu petani yang belum tertebang.  Ungkapan senada disuarakan oleh tokoh petani tebu yang juga sanggota DPRD Blora tiga periode, Sakijan. “Jujur, kaget dan kecewa karena sampai saat ini masih banyak puluhan hektar tebu yang belum tertebang baik milik kami sendiri maupun para petani di Kecamatan Todanan. Ia sangat berharap ada juru selamat untuk mengatasi penyelesaian penebangan tebu milik wong cilik yang saat ini belum tertebang dengan harga yang menguntungkan. “Saya juga heran mengapa pabrik Gula GMM Bulog, pabrik gula baru, selama musim giling 2025 mesin giling sering rusak. Sehingga para petani harus menjual tebu ke pabrik gula diluar Kabupaten Blora,” ucapnya.