Admin
04 Agustus 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Meski sepakat dengan ganti untung, warga yang terdampak proyek Bendungan Karangnongko tidak ingin dipindah jauh dari lokasi bendungan. Sebab, warga juga ingin menikmati hasil dari proyek strategis nasional tersebut. Kasno, salah satu warga Desa Nginggil mengungkapkan, semua warga sepakat dengan adanya ganti untung lahan yang terdampak proyek strategis nasional (PSN). Namun, warga tetap ingin lokasi yang nantinya digunakan tempat tinggal tidak jauh dari lokasi bendungan. “Warga menghendaki geser tidak jauh dari desa. Bahasa ini pemangku kebijakan yang mempunyai wewenang.,” ujar mantan Kades Nginggil tersebut.
Sebab, dirinya dan warga desa juga ingin menikmati hasil dari bendungan. Tidak hanya menjadi penonton saat bendungan sudah selesai pembangunan. “Kami terdampak tapi warga juga bisa menikmati bendungan,” tambahnya. Sekitar 85 persen lahan dan rumah penduduk desa terdampak. Hanya menyisakan sekitar 15 persen. Warga menghendaki bergeser ke barat desa. Sebab, tidak jauh dari bendungan. “Masih masuk wilayah kawasan Perhutani KPH Ngawi,” katanya.
Nilai ganti untung yang menjadi patokan dari hasil ukur terakhir. Rencananya pada Agustus ini tim dari BPN akan melakukan pengukuran lahan warga yang terdampak. “Per tanggal 28 Agustus tim ukur ke lapangan, terkait harga per meternya, apraisal kami harus menerima apa hasil yang diprogramkan pemerintah,” tambahnya. Kades Ngrawoh Purwondo menambahkan, warga desanya yang terdampak juga menginginkan pindah tidak jauh dari lokasi bendungan. Harapannya warga bisa menikmati setelah Bendungan Karangnongko difungsikan. “Warga kami sepakat untuk ganti untung, tapi tidak ingin nantinya bergeser tidak jauh dari lokasi,” katanya. Diketahui, Dari lima desa di Blora yang terdampak yakni Desa Mendenrejo luas 3,9 Ha atau 13 bidang, Ngrawoh ada 46 Ha atau 285 bidang, Nginggil ada 31,55 Ha atau 159 bidang, Nglebak ada 65,12 Ha atau 309 bidang, dan Megeri ada 36 Ha atau 138 bidang.