Admin
01 Agustus 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Cuaca yang tidak menentu serta keterbatasan air menjadi tantangan serius bagi petani di Desa Plosorejo, Kecamatan Kunduran, Blora. Kekeringan yang melanda menyebabkan sebagian besar petani mengalami gagal panen pada musim tanam kedua tahun 2024. “Blora merupakan lahan tadah hujan sehingga ketersediaan airnya sangat bergantung pada musim. Namun, kondisi musim yang saat ini tidak menentu membuat petani tidak tahu harus menanam apa,” ujar Pak Haryadi, Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Plosorejo.
Selain terkendala cuaca, Haryadi menyebut penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus dalam jumlah besar turut merusak struktur tanah. Akibatnya, tanah menjadi keras, pH menurun, dan produktivitas pertanian pun ikut melemah. Melihat kondisi tersebut, delapan mahasiswa KKN-T IPB University dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari pertanian, kelautan, hingga ekonomi, turun tangan membawakan solusi berupa pengenalan padi amfibi Gamagora 7 dan pupuk hayati Provibio. Padi Gamagora 7 (Gadjah Mada Gogo Rancah 7) adalah varietas amfibi yang bisa ditanam di sawah maupun lahan kering. Varietas ini dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada dan dinilai adaptif terhadap perubahan cuaca. Keunggulan lain dari Gamagora 7 yakni potensi hasil panen mencapai 9,8 ton per hektare, rata-rata hasil 7,95 ton per hektare, tahan terhadap wereng batang cokelat, hawar daun, serta penyakit blas. Selain itu, nasi dari padi ini dikenal pulen layaknya varietas Rojolele, dengan masa tanam sekitar 119 hari.
Sementara itu, pupuk hayati Provibio yang dikembangkan oleh IPB University juga diperkenalkan kepada para petani. Pupuk ini mengandung mikroba yang dapat memperbaiki kondisi tanah, menambah unsur hara, mengurangi keasaman tanah, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Penggunaan Provibio diharapkan bisa menekan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Tidak sekadar sosialisasi, tim KKN-T IPB juga memberikan 25 kilogram benih padi Gamagora 7 dan 5 liter pupuk Provibio kepada lima kelompok tani dari lima dukuh di Desa Plosorejo, yakni Suka Damai 1, 2, 4, 5, dan 8. Masing-masing kelompok memperoleh 5 kg benih dan 1 liter pupuk untuk dijadikan sampel tanam. Program pengenalan ini dilaksanakan dalam empat hari, yakni pada 23, 24, 26, dan 29 Juli 2025. Total sebanyak 321 petani tercatat hadir dalam kegiatan yang mendapat antusiasme tinggi dari masyarakat. “Harapannya, lewat program ini para petani bisa menghindari gagal panen dan meningkatkan hasil pertanian tanpa tergantung cuaca ekstrem atau kerusakan tanah,” ujar Ketua Tim KKN-T IPB Desa Plosorejo, Wiratama.