Admin
28 Juli 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Seorang sandwich generation di Blora Jawa Tengah diduga depresi hingga membacok neneknya sendiri. Peristiwa pembacokan itu terjadi pada Jumat (25/7/2025) malam yang menyebabkan Patmirah (82) meninggal dunia dengan luka di leher dan wajah. Terduga pelaku adalah adalah IMH (19), yang merupakan cucunya sendiri warga Dukuh Kalisangku, Desa Gempolrejo, Kecamatan Tunjungan, Blora, Jumat (25/7/2025) malam. IMH bisa disebut sebagai sandwich generation atau istilah yang merujuk pada seseorang yang menanggung beban finansial, emosional, dan fisik untuk orang tua, adik, hingga neneknya.
Indikasi itu muncul setelah IMH diketahui baru di rumah 12 hari. Ia pulang ke rumah karena kontrak kerjanya di Kalimantan sudah habis. Kemudian, IMH pulang ke rumah untuk meminta restu kepada sang ibu, untuk melanjutkan kuliah. IMH merupakan tulang punggung keluarga. Bapaknya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Setelah lulus STM, IMH langsung bekerja ke Kalimantan. Selama bekerja, ia selalu mengirimi uang ke ibu, dan adiknya. Gaji dari kerja, juga ditabung untuk rencana melanjutkan kuliah. Namun, saat IMH pulang ke rumah dan meminta izin ibunya untuk kuliah, sang ibu tidak merestui. Sang ibu khawatir, tidak bisa membiayai kebutuhan bulanan sang anak selama kuliah.
Sejak itulah, IMH mulai depresi. Ia sering melamun, dan tatapannya sering kosong. Lantaran merasa depresi, IMH sering datang ke rumah guru ngajinya semasa kecil, Ahmad Muhyiddin (54). Ahmad Muhyiddin selalu mencoba menenangkan IMH saat datang ke rumahnya, sekaligus memberikan nasihat-nasihat. "Sebenarnya anak ini (IMH) adalah santri saya sejak kelas TK sampai lulus STM. Saya tahu persis orangnya sangat baik, rajin, sopan. Penyebabnya dia mengalami depresi, gangguan jiwa. Dia lulus STM itu bekerja di Kalimantan. Dia ingin mengejar cita-citanya, makanya dia menabung untuk biaya kuliah. Daftar pelayaran diterima. Tinggal daftar ulang. Karena biaya yang nggak cukup, keinginan yang kuat, keadaan yang tidak memenuhi, akhirnya ibunya menyarankan tidak kuliah di pelayaran. Bahkan ibunya mengancam kalau nggak nurut orang tua, ibunya mau pergi. Akhirnya dia mengalami depresi, gangguan jiwa," jelasnya.
Selama empat hari terakhir, IMH sering datang ke rumah Muhyiddin. Namun kondisinya sudah tidak normal. Saat diajak bicara omongannya ngelantur. "Bicaranya sudah nggak normal dan nggak masuk akal. Karena dikira itu hanya terkena gangguan bangsa gaib. Saya mencoba untuk menyembuhkannya sehari, dua hari, sampai tiga kali. Ternyata saya lihat nggak ada gangguan dari bangsa gaib. Saya yakin ini depresi, gangguan jiwa," jelasnya. Puncaknya, saat hari Jumat (25/7/2025), ada kabar bahwa sapi milik tetangga dibacok oleh IMH. Hingga kepala sapi mengalami luka, dan akhirnya dijual. "Kalau yang kasus sapi itu, sebenarnya dia cari ibunya. Ibunya sebenarnya sembunyi. Karena ibunya nggak ditemukan, dia pinjam parang, arit itu ya untuk bacok sapi. Sebenarnya itu dia sudah kena gangguan jiwa karena empat hari di rumah saya, tidur di rumah saya, saya yang tahu persis sifat-sifatnya dia, Tapi bukan berarti bendo atau sabitnya itu mau digunakan untuk membunuh ibunya. Saya yakin tidak. Tapi karena dia stres kan kayak gitu, Sebenarnya dia ketika bawa bendo, bawa arit itu ke rumah saya, tapi karena saya waktu itu nggak ada, dan saya sedang di sawah, akhirnya dia cari ibunya ke mana-mana. Seandainya dia (IMH) di sini, insyaallah nggak akan kejadian apapun," jelasnya.
Setelah membacok sapi tetangga, IMH jalan muter-muter ke gang-gang kampung. Kemudian, warga berinisiatif untuk menangkap IMH, dan meminta senjata tajam yang dibawa. Setelah IMH berhasil diamankan, IMH diajak ke rumah Muhyiddin untuk ditenangkan. Muhyiddin sempat berkomunikasi dengan IMH, dan memberi makan. Tetapi sudah sulit diajak komunikasi, karena ngelantur. "Kemudian, saya menyarankan untuk keluarganya membawa ke rumah sakit jiwa karena saya sudah enggak sanggup. Akhirnya keluarga sepakat dengan perangkat desa, Babinsa, Kepala Desa, dia dibawa ke rumah sakit jiwa di Rembang," jelasnya.
IMH dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di Rembang, sekira pukul 20.00 WIB, dan sampai di Rembang pukul 21.00 WIB. Kemudian, sesampainya di Rumah Sakit Jiwa, IMH diberi obat penenang, dan dilakukan penanganan medis. Kemudian disimpulkan, IMH mengalami depresi berat. "Lalu saya dapat kabar, neneknya ini meninggal dunia dengan tidak wajar. Jadi kejadian itu seandainya terjadi benar itu tidak mungkin terjadi dari pukul 17.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB, karena di jam itu, dia di rumah saya. Karena neneknya sendiri itu usianya sudah sangat tua, dan sudah pikun. Neneknya itu juga tidak mungkin menjadi incaran, Kalau anak itu sadar nggak mungkin, karena nenek sama cucu kan sama-sama sayang," terangnya.
Muhyiddin, menegaskan dalam kejadian yang menimpa neneknya IMH, tidak ada orang yang tahu. "Jadi, kalau kronologisnya seperti apa semuanya enggak ada yang tahu, nggak ada saksi. Jadi pelakunya yang sebenarnya kita belum tahu sebenarnya. Cuma karena yang bersangkutan bacok sapi, itu langsung dikaitkan dengan bacok neneknya itu," jelasnya. Muhyiddin menyampaikan saat ini IMH masih terduga pelaku. Menurutnya saat ini posisi IMH sudah berada di Polres Blora. "Jadi masih terduga pelaku. Tadi malam sejak saya pulang dari ngantar RS. Bhina Bhakti Husada Rembang, di rumah sakit jiwa, saya ada sampai rumah itu kira-kira jam 23.00 WIB. Kemudian ditanya sama bapak-bapak aparat saat saya jawab apa adanya. Terus saya dapat kabar, bapak aparat itu dari Resmob Blora langsung mengambil paksa (IMH) dari rumah sakit jiwa itu. Jadi yang bersangkutan sudah masuk di Polres Blora, sampai sekarang," terangnya.
Sementara itu, Kasihumas Polres Blora, AKP gembong Widodo, menjelaskan, masih mendalami kejadian tersebut. "Kasus ini masih ditangani Satreskrim polres blora untuk mencari motif maupun terduga pelaku," katanya, saat dikonfirmasi Tribunjateng, Sabtu (26/7/2025). Sementara itu, Kapolsek Tunjungan, AKP Subiyono, menambahkan dugaan sementara kematian masih didalami oleh Kepolisian. "Setelah menerima laporan atas kejadian itu, kami tim gabungan dari Polsek Tunjungan, Satreskrim Polres Blora, Inafis Polres Blora, dan Satintelkam Polres Blora segera mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP dan pemeriksaan saksi-saksi," jelasnya. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan korban meninggal dunia dengan dua luka sayat di leher dan muka.