Admin
21 Juli 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora mengintensifkan penerapan budaya kerja C3 yakni Cepat Tanggap, Cepat Tindak, dan Cepat Lapor. Budaya ini dijadikan paradigma baru dalam memberikan pelayanan prima dan menjalankan pembangunan sektor pertanian secara menyeluruh. “Budaya C3 tersebut merupakan protap dan harga mati bagi suksesnya petugas dalam setiap menjalankan tugas,” tegas Kepala DP4 Blora, Ngaliman, Rabu (16/7/2025).
Komitmen itu dibuktikan saat DP4 Blora menerima laporan dari kelompok tani Makarti Mulyo di Dukuh Boto, Desa Sendangwungu, Kecamatan Banjarejo. Para petani menginformasikan adanya pertumbuhan tanaman yang tidak normal akibat tingkat keasaman tanah yang sangat rendah, mencapai pH 3,5. Laporan langsung ditindaklanjuti dengan koordinasi lintas pihak. Pada Selasa (15/7/2025), tim turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan dan diagnosis terhadap kondisi tanaman.
Langkah berikutnya, DP4 bersama pihak terkait menggelar gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Berdasarkan hasil pengamatan dari Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Kabupaten Pati, ditemukan adanya serangan penggerek batang padi dan wereng batang coklat, dengan kategori serangan ringan hingga sedang. Populasi penggerek batang padi tercatat 0,4 KT/m², sedangkan wereng batang coklat sebesar 0,43 ekor/rumpun. Pengendalian dilakukan di lahan seluas 4 hektare menggunakan insektisida Spontan 400 SL (bahan aktif dimehipo) dan Abuki 50 SL (bahan aktif imidakloprit).
Aksi pengendalian di lapangan dikoordinasikan oleh Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Banjarejo. Kegiatan ini melibatkan PPL, POPT, Ketua dan anggota kelompok tani setempat. Ketua kelompok tani Makarti Mulyo, Dedy Budiarto, mengapresiasi cepatnya respons dari DP4 Blora. “Kami mengucapkan terima kasih atas respon cepat dari dinas terkait, semoga langkah tersebut bisa memberi dampak positif terhadap pengendalian OPT,” ujar Dedy.
Terkait masalah pH tanah yang rendah, solusi jangka panjang juga mulai dirancang. Salah satunya melalui kerja sama dengan produsen pupuk organik berbasis teknologi nano, Joko Riyadi, yang saat ini berdomisili di Bali. Joko menyatakan kesiapannya untuk menjalin kerja sama mutualistik dengan kelompok tani. Ia mengklaim bahwa pupuk organiknya telah diuji di berbagai wilayah di Indonesia dan mampu memperbaiki keasaman tanah serta meningkatkan produksi. “Karena pupuk organik yang dibuat mengandung unsur pengurai residu kimia tanah, unsur hara makro dan mikro, humus dan mikrobia premium,” jelas Joko.