Admin
16 Juli 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Puluhan siswa antusias hadir pada hari pertama masuk sekolah di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 18 Blora kemarin. Tangis haru serta doa diberikan orang tua kepada anaknya yang mulai menempati asrama sekolah ini. Kepala SRMA 18 Blora Tri Yuli Setyoningrum mengatakan, hari pertama kegiatan dimulai pada pukul 06.30. Ada registrasi dan pembagian kamar asrama.
Setelah itu, para murid tes kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Blora. Dilanjut lari 1.600 meter untuk tes kebugaran jasmani di Lapangan Tuk Buntung. Ia menjelaskan, hari pertama itu juga ada Zoom Meeting dengan Menteri Sosial, Menteri Pendidikan, dan Menteri Kesehatan. Termasuk masih diantar orang tua untuk penyerahan ke sekolah dan mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). ”Sejak hari pertama murid-murid langsung tinggal di asrama untuk mengikuti MPLS. Karena ini masih hari pertama dan orang tua mungkin kangen, masih kami bebaskan asal tidak mengganggu jam pembelajaran,” ujarnya.
Tri Yuli menyampaikan, untuk jam jenguk murid bisa sore hari dan di luar jam pelajaran. Untuk kepulangan siswa nantinya dijadwalkan. ”Ketika libur semester anak-anak boleh pulang. Bahkan untuk kepulangan nanti difasilitasi,” katanya. Dia menuturkan, para siswa berasal ari 11 kecamatan di Blora. Terjauh dari Desa Wukursari, Kecamatan Todanan, dan paling dekat dari Kecamatan Cepu,” tuturnya.
Yuli menyampaikan, untuk fasilitas SRMA sudah lengkap. Namun untuk seragam sekolah, seragam sehari-hari, laptop atau notebook masih belum sampai. ”Laptop untuk pembelajaran dan perlengkapan lain masih menunggu proses dari 37 titik lain. Pengadaan seragam juga butuh waktu, tapi tak akan memengaruhi pembelajaran jika perlengkapan belum memenuhi,” jelasnya.
Salah satu orang tua siswa yang berasal dari Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Eni Purwati tak kuasa menahan air mata saat harus berpisah dengan anaknya. Sebab, ia belum terbiasa jauh dengan anak. ”Saya bangga dengan anak yang mau dan semangat sekolah di sini (SRMA 18, Red). Saya sangat berterima kasih dengan adanya sekolah gratis ini. Keadaan kami yang susah ini, bisa sekolah gratis,” ucapnya sambil mengelap air mata.
Eni membawakan keperluan sehari-hari anaknya, seperti baju. Termasuk memberi uang saku. ”Saat hari libur saya usahakan menjenguk. Kasihan kalau tidak dijenguk. Saya sebagai ibu rumah tangga dan suami hanya bertani, senang ada program sekolah rakyat,” ungkapnya yang mengaku mengetahui SRMA 18 Blora membuka pendaftaran SR dari pendamping program keluarga harapan (PKH).
Orang tua siswa lain, Sulastri, warga Desa Ketuwan, Kecamatan Kedungtuban, mengaku rela melepas anak laki-lakinya untuk tinggal di asrama SRMA 18 Blora. ”Demi kebaikan anak untuk lebih mandiri, pintar, dan menjadi lebih baik dengan belajat di sekolah rakyat. Dari sekolah kan sudah ada semua. Jadi dibawain baju sama doa saja,” ucapnya. Ia mengaku, saat anaknya masih SMP sudah di pondok. Jadi, dia sudah terbiasa ditinggal anaknya. ”Mudah-mudahan anak bisa dapat biaya sampai kuliah,” harapnya.