Admin
15 Juli 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Sudah sepekan terakhir, warga Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora, dibuat resah atas langkanya keberadaan LPG 3 kg. Kalaupun ada harga gas melon ini meroket hingga mencapai Rp 35 ribu. Salah seorang warga, Parno, mengatakan untuk mendapatkan gas melon tersebut dirinya harus merogoh kocek begitu dalam yakni Rp 30 ribu rupiah. "Mencari kemana-mana tidak ada, kalaupun ada harganya sangat mahal, ada yang jual Rp 30 ribu, bahkan ada yang jual Rp 35 ribu,” ujarnya, Senin, 14 Juli 2025.
Kondisi yang sama juga dirasakan oleh Utomo, seharian dirinya mencari gas melon tetapi hingga menjelang sore tak satupun ia dapatkan. "Gas kok langka begini ya, masyarakat kok susah hanya mencari LPG saja. Berapapun saya beli kalau ada barangnya, kasihan istri kalau masak,” tandasnya. Sejumlah pedagang makanan dan gorengan juga mengeluhkan hal yang sama, mereka kesulitan mendapatkan LPG 3 kg. "Kasihan rakyat kecil kalau seperti ini, usaha kami bisa macet kalau gak ada gas, lantas bagaimana ekonomi kami," ujar wanita paruh baya yang enggan menyebut namanya.
Sementara itu, Humas Pertamina, Taufiq Kurniawan saat dikonfirmasi terkait kelangkaan ini menegaskan bahwa setelah dilakukan cek lapangan, semua pengiriman berjalan normal dan tidak ada kendala. "Jika ada kelangkaan di lapangan bisa dilaporkan ke polisi atau ke Dindakop UKM, jangan-jangan ada yang main," katanya menanggapi.
Terpisah, Affan Sosiawan selaku bagian pemasaran Koperasi Serba Usaha Migas Cepu selaku Distributor resmi, menjelaskan bahwa untuk pengiriman untuk wilayah Randublatung dan sekitarnya tidak ada kendala. “Dalam sehari kami mengirim tidak kurang dari 5 truk ke pangkalan yang berada di wilayah kerja kami. Satu truknya berisi sekitar 560 elpiji 3 kg. Artinya dalam sehari kami mengirim tidak kurang dari 2.800 LPG," jelasnya.
Menurutnya, dengan jumlah kiriman yang sama mestinya tidak akan terjadi kelangkaan di tengah masyarakat sehingga perlu dicari tahu penyebab dan faktor lain. "Kami cek tidak ada kendala untuk pengiriman semua berjalan normal," tegasnya. Salah satu pangkalan yang berhasil dihubungi terkait keluhan kelangkaan di tengah masyarakat mengatakan, bahwa kondisi di lapangan memang sedikit berbeda karena adanya pelaksanaan adat Suronan yang digunakan untuk mengenang alias berkatan. Sehingga kebutuhan elpiji di tengah masyarakat meningkat drastis. "Menurut kami itu karena adanya budaya Suro di tengah masyarakat sehingga permintaan LPG melonjak tinggi, dengan volume atau kuota yang sama sehingga terkesan ada kelangkaan,” jelas Eko.