Admin
19 Juni 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Dunia pendidikan di Kabupaten Blora tengah menghadapi tantangan serius. Dinas Pendidikan setempat mencatat, terdapat kekosongan hingga 902 formasi guru, dengan dominasi kekurangan pada guru olahraga dan bimbingan konseling (BK). Kepala Dinas Pendidikan Blora, Sunaryo, mengungkapkan bahwa kekosongan ini tersebar di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ia menyebut kondisi ini merupakan cerminan realitas di lapangan yang menghambat efektivitas proses belajar-mengajar. “Banyak guru harus mengajar hingga 30 sampai 40 jam per minggu karena kekosongan ini. Kekurangan terbesar ada di SMP, khususnya untuk guru olahraga dan BK,” ujarnya. Sunaryo menjelaskan, saat ini jumlah guru olahraga di seluruh Kabupaten Blora hanya sekitar 90 orang. Minimnya lulusan dari jurusan pendidikan olahraga menjadi penyebab utama. Selain itu, kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak di jurusan yang relevan dengan kebutuhan daerah juga masih rendah.
“Banyak orang tua belum memahami prospek dan kebutuhan profesi di daerah. Padahal, jurusan seperti pendidikan olahraga dan BK sangat dibutuhkan,” tambahnya. Sementara itu, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Kariyono, menyampaikan bahwa pihaknya telah berupaya maksimal untuk mengisi kekosongan guru melalui pembukaan formasi. “Sudah beberapa kali kami buka lowongan, tapi tetap tidak ada yang mendaftar. Angkanya sekitar 900-an formasi yang belum terisi,” katanya. Kondisi ini menambah daftar pekerjaan rumah Dinas Pendidikan dalam mengatasi krisis tenaga pendidik.
Padahal, kehadiran guru BK dan olahraga tidak hanya penting secara akademik, tetapi juga untuk membentuk karakter, kesehatan, dan kesehatan mental siswa. Masalah kekosongan guru bukan sekadar soal jumlah formasi yang dibuka, tapi menyangkut arus lulusan pendidikan tinggi, kesadaran orang tua, dan distribusi SDM yang tidak merata. Tanpa perencanaan sumber daya manusia yang strategis di sektor pendidikan, kekurangan guru akan terus menjadi lingkaran setan setiap tahun ajaran baru. (Arif Fakhrian Khalim)