Admin
12 Juni 2025
KEJAKSAAN NEGERI BLORA
Krisis jumlah siswa baru kembali melanda sekolah dasar negeri di Kabupaten Blora. Tahun ini, dua SD Negeri dilaporkan tidak mendapatkan satu pun pendaftar dalam sistem penerimaan murid baru (SPMB) 2025. Sementara itu, 22 sekolah lainnya tercatat belum memenuhi jumlah minimal satu rombongan belajar (rombel). Dinas Pendidikan (Disdik) Blora tengah melakukan pendataan ulang dan verifikasi atas data sementara tersebut. Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdik Blora, Slamet Dwi Cahyono, menjelaskan bahwa hasil dari SPMB belum sepenuhnya final karena masih ada data yang perlu dikonfirmasi ulang. “Berdasarkan laporan sementara dari sistem, ada 22 SDN yang tidak memenuhi rombel. Tapi sebagian belum terverifikasi oleh operator sekolah. Jadi datanya masih bisa berubah,” terangnya. Ia menyebutkan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan pengawas satuan pendidikan untuk melakukan klarifikasi langsung ke sekolah. Harapannya, data yang terinput dapat mencerminkan kondisi sebenarnya di lapangan. “Saat ini kami masih melakukan klarifikasi ulang bersama pengawas. Jadi angka sekolah yang kekurangan murid belum final,” tambahnya. Dari 22 sekolah tersebut, dua di antaranya dipastikan tidak mendapatkan satu pun murid baru. Sekolah itu adalah SDN 1 Patalan di Kecamatan Blora Kota dan SDN Sumengko di Kecamatan Randublatung. “Setelah kami klarifikasi, hanya dua sekolah itu yang memang benar-benar belum memiliki murid baru sama sekali,” jelas Slamet. Kondisi ini tentu menjadi sinyal darurat bagi keberlangsungan kedua sekolah tersebut. Sebelumnya, Radar Kudus melaporkan bahwa SDN 1 Patalan tidak mendapat satu pun pendaftar sejak pembukaan hingga penutupan SPMB pada 7 Juni 2025. Kepala SDN 1 Patalan, Dhian Mayasari, yang baru menjabat sepekan terakhir, mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan sekolahnya sepi peminat. “Jumlah anak usia SD di sekitar sekolah memang sangat terbatas. Selain itu, banyak orang tua lebih memilih sekolah swasta yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sini,” ujarnya. Minimnya pemukiman di sekitar SDN 1 Patalan menjadi kendala utama. Sementara itu, di era saat ini, faktor branding sekolah dan fasilitas juga turut memengaruhi pilihan orang tua dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Dengan kondisi ini, Disdik Blora dihadapkan pada dilema: mempertahankan sekolah dengan jumlah siswa yang tidak memadai, atau melakukan langkah restrukturisasi seperti penggabungan sekolah (merger) agar lebih efisien. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan terjadi penataan ulang besar-besaran terhadap sebaran sekolah negeri di Blora. Bagi SDN 1 Patalan dan SDN Sumengko, masa depan mereka kini sangat bergantung pada tindak lanjut dari dinas terkait dan kebijakan daerah soal distribusi siswa maupun penataan zonasi.