KOPERASI DESA, UNTUK SIAPA ??

Pembangunan desa dewasa ini tumbuh berkembang sangat pesat, lebih dari 75.000 desa membawa kontribusi positif terhadap laju pembangunan nasional. Setiap tahun jumlah desa berkategori mandiri, maju dan berkembang terus bertambah, sedangkan desa berkategori tertinggal dan sangat tertinggal terus mengalami penurunan jumlahnya. Hal ini membuktikan desa tidak lagi dipandang sebelah mata karena identik dengan keterbelakangan dan kemiskinan.

Salah satu akselerasi yang dilakukan pemerintah guna memajukan desa dengan membentuk koperasi desa (Kopdes). Fenomena pembentukan Kopdes dewasa ini menjadi agenda utama setiap desa di Nusantara. Hampir semua desa menyibukan diri dalam pembentukan kopdes yang diawali dari adanya Musyawarah Desa Khusus (Mudessus).

Bagi Bangsa Indonesia koperasi bukanlah hal yang baru, karakter bangsa kita sangat cocok sebagai pilar penyangganya. Menurut Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi, koperasi selaras dengan sistem sosial asli yang berakar dari adat istiadat Bangsa Indonesia yakni kolektivisme, masyarakat yang gemar tolong menolong dan percaya pada kekuatan sendiri (self help).

Bagi saya pemikiran Bung Hatta tersebut sangat relevan dengan kondisi sosial pedesaan di Indonesia, yang mana warga desa merupakan masyarakat yang bersandar pada sifat paguyuban (bersama) bukan patembayan (individu). Selain itu desa yang penuh potensi sumber daya ekonomi harus mampu dioptimalkan bagi warganya.

Prinsip Koperasi

Gagasan adanya Koperasi Desa Merah Putih saat ini patut di apesiasi, meskipun pada masa Presiden Suharto dahulu pernah ada Koperasi Unit Desa (KUD) dengan segala dinamikanya. Dihidupkannya kembali koperasi di pedesaan, diharapkan mampu mengulang kejayaan KUD pada masa itu. Terlebih diterbitkannya Inpres No 9 Th 2025 tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.

Setiap desa dengan keragaman potensinya harus mampu di maksimalkan keberadaannya. Lebih lanjut ajaran pokok koperasi “Dari, Oleh dan Untuk anggota” memberikan makna kekuasaan tertinggi dalam koperasi terletak pada anggota. Oleh karena itu kekuatan anggota koperasi menjadi kunci keberhasilannya, sedangkan pengurus dan pengawas sebagai organ koperasi bertindak selaku penggerak didalamnya.

Kopdes merah putih yang digagas tidak terlepas dari keinginan pemerintah guna memeratakan pembangunan ekonomi berdasarkan konsep kekeluargaan seperti amanah dalam Pasal 33 konstitusi negara kita. Sampai saat ini konsep kekeluargaan dan kebersamaan selaras dengan kondisi realitas masyarakat desa.

Kopdes yang berepicentrum warga sebagai anggotanya, haruslah mampu diimplementasikan dalam wujud nyata. Dengan prinsip tersebut pelibatan warga masyarakat dalam Kopdes menjadi kunci utama sehingga pembentukan, pengelolaan dan pengembangannya diperuntukan bagi warga desa. Adanya pelibatan warga desa memiliki arti penting karena loyalitas warga akan muncul dan memberikan kontribusi positif dalam pengembangan Kopdes melalui setiap ide dan gagasan.

Selaku warga yang tinggal di daerah pedesaan, saya optimis akan keberhasilan Kopdes Merah Putih yang dibentuk nantinya. Hal tersebut tidaklah berlebihan mengingat keseriusan pemerintah dalam menggagas Kopdes tersebut tdak main – main, dukungan dari berbagai lembaga/kementerian yang terkait menjadi bukti. Lebih dari itu dukungan modal finansial yang jumlahnya mencapai lebih dari 3 Milyar (meskipun dalam bentuk pinjaman lunak) menambah keyakinan saya.

Sinergi dari berbagai pihak mempermudah pengelolaan Kopdes nantinya, termasuk dalam peningkatan kapasitas SDM para pengurusnya. Adanya kapasitas pengurus dan pengawas membuat Kopdes berjalan lebih cepat dengan berbekal ide, kreatifitas dan inovasi di dalamnya. Hal tersebut berdampak akan meningkatnya profit yang didapat sehingga akan memberikan keuntungan bagi anggotanya yang terdiri dari warga masyarakat desa. Dengan demikian, adanya Kopdes Merah Putih memiliki arti penting bagi warga desa sebagai jembatan menuju kesejahteraan warga desa dengan terjadinya peningkatan perekonomian warga di dalamnya.